MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
ARTIKEL
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Evaluasi Pendidikan
yang dibina oleh Bapak Drs. Slamet
Wibawanto, S.T., M.T
oleh
Agus Siswo Rumekso
110534406822
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
TEKNIK
JURUSAN
TEKNIK ELEKTRO
S1
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
APRIL
2013
MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
Agus
Siswo Rumekso
ABSTRAK
Makalah dengan
judul “Model Pembelajaran Berbasis Proyek” ini dibuat agar mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan mengajarnya di
kemudian hari yaitu dengan mengetahui
dan menguasai pembelajaran
berbasis proyek. Dimana Pembelajaran berbasis
proyek atau tugas adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pada pembelajaran berbasis proyek kegiatan
pembelajarannya berlangsung secara kolaboratif dalam kelompok yang heterogen.
Pembuatan makalah ini ditujukan agar mahasiswa yang dididik sebagai calon guru
atau tenaga pendidik mampu mengembangkan model pelajaran yang sesuai dengan
kondisi siswa dan mampu mengoptimalkan perkembangan siswa dalam pendidika.
Kata kunci:
Pembelajaran Berbasis Proyek, Hasil Belajar.
PENDAHULUAN
Sesuai
dengan ensiklopedia pendidikan bahwa yang dimaksud dengan proyek adalah suatu
kesatuan tugas yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan karenanya mendapat
perhatiannya dan memaksanya untuk mengerjakannya dengan teratur, bersama-sama
dengan kawan / rekannya (Soegarda, 1981:296).
Sesungguhnya
metode proyek tersebut diarahkan kepada kehidupan praktis yang sesuai dengan
filsafat-filsafatnya, karena adanya hubungan yang erat antara pengetahuan dan
masalah-masalah hidup praktis sehingga suatu ilmu pengetahuan tidak bisa lepas
dari ilmu pengetahuan yang lain dan aspek-aspek kehidupan nyata. Bisa juga
disebutkan bahwa dalam metode proyek ini memasukkan praktek hidup dalam
sekolah, dan tiap kesibukan di sekolah harus sesuai dengan pekerjaan yang
dilakukan dalam kehidupan masyarakat. Jadi dalam tiap kesibukan harus ada unsur
kemasyarakatannya. Tiap kesibukan mempunyai dua aspek yaitu teori dan praktek.
Teori adalah pengetahuan dan pemikiran, sedangkan praktek adalah gerak, kedua
hal tersebut harus berjalan bersama-sama.
Model
pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan
kerja proyek, menurut Thomas (dalam Wena, 2008:144). Pembelajaran berbasis
proyek adalah sebuah model pembelajaran yang inovatif dan lebih menekankan pada
belajar kontektual melalui kegiatan-kegiatan yang komplek (Wena, 2008:145).
Fokus pembelajaran terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu disiplin
ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan
tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom
dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya untuk
menghasilkan produk nyata.
BAGIAN
INTI
Pembelajaran
berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek
dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat berupa
proyek perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu
secara kolaboratif, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan
ditampilkan atau dipresentasikan. Pelaksanaan proyek dilakukan secara
kolaboratif dan inovatif, unik, yang berfokus pada pemecahan masalah yang
berhubungan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran berbasis proyek merupakan
bagian dari metoda instruksional yang berpusat pada pebelajar.
Artinya, strategi tersebut hanya membahas tentang
bagaimana mengajarkan keterampilan dasar kejuruan. Jadi, strategi tersebut
belum membahas tentang bagaimana mengajarkan keterampilan – keterampilan yang
bersifat kompleks. Namun menurut Nolker & Schoenfeldt (1983:32) metode atau
strategi mengajar ketrampilan dasar kejuruan seperti yang telah dibahas diatas
selalu memiliki kelemahan, antara lain:
a. Tidak sepenuhnya dapat membekali kemampuan atau
ketrampilan guna menghadapi situasi kritis dalam profesi.
b. Menyebabkan siswa bergantung pada pengajar.
c. Merintangi perkembangan kemampuan untuk
bekerjasama
d. Tidak mengetengahkan problem – problem kompleks
yang jangkauannya melampaui batas – batas bidang profesi sendiri.
Definisi
tersebut sejalan dengan uraian yang dipaparkan oleh Bell (2005) yaitu sebagai
berikut.
a. Project
Based Learning is curriculum fueled and standards based.
Model pembelajaran berbasis proyek merupakan
model pembelajaran yang menghendaki adanya standar isi dalam kurikulumnya.
Melalui Pembelajaran berbasis proyek, proses inquiry dimulai dengan memunculkan
pertanyaan penuntun (aguiding question) dan membimbing peserta didik dalam
sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam
kurikulum.
b. Project
Based Learning asks a question or poses a problem that each student can answer.
Pembelajaran berbasis proyek adalah model
pembelajaran yang menuntut pengajar dan atau peserta didik mengembangkan
pertanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat bahwa masing-masing peserta
didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi)
dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan
eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan setiap peserta didik pada
akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun.
c. Project
Based Learning asks students to investigate issues and topics addressing
real-world problems while integrating subjects across the curriculum.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model
pembelajaran yang menuntut peserta didik membuat “jembatan” yang menghubungkan
antar berbagai subjek materi. Selain itu, pembelajaran berbasis proyek
merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata.
d. Project
Based Learning is a models that fosters abstract, intellectual tasks to explore
complex issues.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model
pembelajaran yang memperhatikan pemahaman peserta didik dalam melakukan
eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis informasi melalui cara yang
bermakna. Pembelajaran berbasis proyek juga merupakan suatu model pembelajaran
yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah yang bermakna, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai sumber, pemberian
kesempatan kepada anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan
presentasi produk nyata. Pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji
hubungan antara informasi teoritis dan praktek, tetapi juga memotivasi siswa
untuk merefleksi apa yang mereka pelajari dalam pembelajaran dalam sebuah
proyek nyata serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah mereka Grant (2008).
Secara lebih
rinci, model pembelajaran berbasis proyek mengikuti lima langkah utama, yaitu:
1. Menetapkan tema proyek
2. Menetapkan konteks belajar
3. Merencanakan aktivitas
4. Memproses aktivitas, dan
5. Penerapan aktivitas (Santyasa, 2006).
1. Menetapkan tema proyek.
Tema proyek hendaknya memenuhi
indikator-indikator berikut:
a. Memuat gagasan yang penting dan menarik
b. Mendeskripsikan masalah kompleks
c. Mengutamakan pemecahan masalah.
2. Menetapkan konteks belajar.
Konteks belajar hendaknya memenuhi
indikator-indikator berikut:
a. Mengutamakan otonomi siswa
b. Melakukan inquiry
c. Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan
efesien
d. Siswa belajar penuh dengan kontrol diri dan
bertanggung jawab
3. Merencanakan aktivitas-aktivitas.
Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan
proyek adalah mencari sumber yang berkait dengan tema proyek.
4. Memproses aktivitas-aktivitas.
Indikator-indikator memroses aktivitas meliputi
antara lain:
a. Membuat sketsa
b. Melukiskan analisa rancangan proyek.
5. Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-langkah
yang dilakukan, adalah:
a. mengerjakan proyek berdasarkan sketsa
b. membuat laporan terkait dengan proyek, dan
c. mempresentasikan proyek
Kelima langkah
tersebut mengandung interpretasi bahwa dalam mengerjakan proyek, siswa dapat
berkolaborasi dan melakukan investigasi dalam kelompok kolaboratif antara 4-5
orang. Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dan dikembangkan oleh siswa
dalam tim adalah merencanakan, mengorganisasikan, negosiasi, dan membuat
konsensus tentang tugas yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan apa, dan
bagaimana mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam berinvestigasi.
Keterampilan yang dibutuhkan dan yang akan dikembangkan oleh siswa merupakan
keterampilan yang esensial sebagai landasan untuk keberhasilan proyek mereka.
Keterampilan-keterampilan yang dikembangkan melalui kolaborasi dalam tim
menyebabkan pembelajaran menjadi aktif, di mana setiap individu memiliki
keterampilan yang bervariasi sehingga setiap individu mencoba menunjukkan
keterampilan yang mereka miliki dalam kerja tim mereka. Pembelajaran secara
aktif dapat memimpin siswa ke arah peningkatan keterampilan dan kinerja ilmiah.
Kinerja ilmiah tersebut mencakup prestasi akademis, mutu interaksi hubungan
antar pribadi, rasa harga diri, persepsi dukungan sosial lebih besar, dan
keselarasan antar para siswa.
Menurut Nolker
& Schoenfeldt (1983) mengingat prinsip strategi proyek yang sangat khas,
maka da persyaratan tertentu yang harus dipenuhi agar strategi pembelajaran
proyek dapat diterapkan, antara lain:
a. Sasaran yang harus dicapai berupa penyelesaian
suatu problem yang kompleks.
b. Para peserta proyek memiliki kebebasan seluas
mungkin, untuk mengadakan penentuan menganai subjek, perencanaan, pelaksanaan,
serta penerapan proyek.
c. Dalam proyek, keputusan diambil berdasarkan
konsensus.
d. Pengajar atau instruktur berintegrasi dalam
kelompok proyek.
e. Diadakan pertalian antara teori dan praktik.
f. Diperlukan ketrampilan lebih dari satu bidang
guna menyelesaikan problem yang ditimbulkan.
g. Pekerjaan proyek dibagi dalam kelompok –
kelompok.
h. Sasaran proyek adalah menghasilkan sesuatu yang
nyata dan berfaedah.
Berpijak pada
uraian diatas, maka dalam pelaksanaan pembelajaran praktik keterampilan
kejuruan dengan strategis berbasis proyek, proyek kerja apa yang akan dibuat
atau dikerjakan siswa harus sudah jelas. Selain itu bentuk proyek yang
dirancang tersebut harus memberi kemungkinan bagi siswa untuk saling bekerja
sama seoptimal mungkin antara sesama anggota kelompok.
Implikasi
model pembelajaran berbasis proyek dalam proses belajar mengajar adalah
pembelajaran berbasis proyek memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan
pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang
lain. Selain itu, dalam pembelajaran berbasis proyek siswa menjadi terdorong
lebih aktif berakitivitas dalam belajar sehingga dapat meningkatkan kinerja
ilmiah siswa, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan mengevaluasi proses
dan produk hasil kinerja siswa meliputi outcome yang mampu ditampilkan dari hasil
proyek yang dikerjakan.
Pembelajaran
berbasis proyek yang berpusat pada pebelajar dan memberikan kesempatan kepada
pebelajar untuk menyelidiki topik permasalahan, membuat pebelajar menjadi lebih
otonomi sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mereka sendiri serta
pembelajaran menjadi lebih bermakna. Aplikasi model pembelajaran berbasis
proyek ini mempunyai beberapa alasan, yaitu:
1) Menawarkan potensi produksi dan tindakan
pengetahuan kolektif di dalam proyek sosial.
2) Dalam tradisi pendidikan masyarakat radikal,
pengajaran merupakan underpinned oleh kepercayaan yang bermanfaat pada
pengembangan pengetahuan yang melibatkan pengembangan pemikiran
3) Proses kerja kelompok yang saling mendukung dapat
membuka berbagai peluang untuk kreativitas, karena para siswa mengadakan
percobaan dengan penafsiran berpikir dan data berbeda untuk menyelesaikan
permasalahan dalam proyek mereka yang dapat diterapkan untuk mengembangkan
pembentukan masyarakat praktek Grant (2008).
1. Tahap Pembelajaran.
Sama seperti
pembelajaran pada umumnya, strategi pembelajaran berbasis proyek terdiri atas
tiga tahapan utama, yaitu:
a. Tahap perencanaan pembelajaran proyek.
b. Tahap pelaksanaan pembelajaran proyek.
c. Tahap evaluasi pembelajaran proyek.
A. Perencanaan.
Mengingat perencanaan strategi pembelajaran
berbasis proyek harus disusun secara sistematis maka langkah – langkah
perencanaan dirancang sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran atau proyek.
2. Menganalisis karakteristik siswa.
3. Merumuskan strategi pembelajaran.
4. Membuat lembar kerja.
5. Merancang kebutuhan sumber belajar.
6. Merancang alat evaluasi.
B. Pelaksanaan.
Agar proses pelaksanaan praktik kejuruan dengan
menggunakan strategi pembelajaran berbasis proyek ini berjalan dengan baik, ada
beberapa kegiatan yang dilakukan:
1. Mempersiapkan sumber belajar yang disiapkan.
2. Menjelaskan tugas proyek dan gambar kerja.
3. Mengelumpukkan siswa sesuai dengan tugas masing –
masing.
4. Mengerjakan proyek.
C. Evaluasi.
Tahap evaluasi merupakan tahap penting dalam
pembelajaran berbasis proyek. Agar guru mengetahui sejauh mana tujuan
pembelajaran praktik dapat tercapai.
Penilaian
melalui tugas dilakukan terhadap tugas yang dikerjakan siswa secara individu
atau kelompok untuk periode tertentu. Tugas sering berkaitan dengan pengumpulan
data/bahan, analisis data, penyajian data atau bahan, dan pembuatan laporan.
Penilaian tugas dapat dilakukan terhadap proses selama pengerjaan tugas atau
terhadap hasil tugas akhir. Dengan demikian guru dapat menetapkan hal – hal
yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan daftar cek (checklist)
atau skala penilaian (rating scale).
Keberhasilan
penerapan pembelajaran berbasis proyek pada siswa tergantung dari rancangan
tahap pembelajaran. Tahap pelajaran yang dirancang harus dapat menggali
penemuan-penemuan mereka sendiri. Peran pendidik dalam pembelajaran ini adalah
sebagai mediator dan fasilitator, di mana dalam penerapan pembelajaran berbasis
proyek, pendidik harus mampu memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat
mereka dalam presentasi proyek secara demokratis.
PENUTUP
Pembelajaran
berbasis proyek / tugas adalah sebuah metode penyajian bahan pembelajaran yang
diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa seperangkat tugas yang harus
dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok.
Penggunaan
metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran
dan memberikan kesempatan peserta didik melakukan sendiri kegiatan belajar yang
ditugaskan. empat prinsip berikut ini akan membantu siswa dalam perjalana
mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif.
Untuk
mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek seorang peserta didik
dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi
masalah , membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek,
meminimaliskan dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat
dilingkungan sekitar , memilih lokasi penelitian yang terjangkau yang tidak
membutuhkan banyak biaya dan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
·
Herminarto Sofyan. 2006. Implementasi pembelajaran
Berbasis Proyek Pada
Bidang
Kejuruan. Cakrawala Pendidikan. Yogyakarta: LPM UNY.
·
Puskur.2002.Penilaian Berbasis
Kelas.Jakarta:Depdiknas-Balitbang-Pusat
Kurikulum.
·
Semiawan, C., Tangyong A. F.,
dkk. 1987. Pendekatan Keterampilan
Proses:
Bagaimana
Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar?. Jakarta: Gramedia.
·
Bambang Budi Wiyono,Sunarni,2009,Evaluasi Program
Pendidikan dan
Pembelajaran,Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang,Malang.
·
Nolker, H. & Schoenfeldt, E. 1983. Pendidikan Kejuruan: Pembelajaran,
Kurikulum, dan Perencanaan. Jakarta: Gramedia.